Aku
menggenggam pasir lalu membiarkannya berjatuhan, sungguh lebih kejam dari
biadab.
Polisi menahanku agar anjing-anjing tidak berlompatan dari mulutku.
Apa
salah anjing, apa salah, anjing.
Aku
merana pohonku tak bertelur kambing, tidak sapi, tidak kucing, ember saja,
lalu pecahkan!
Polisi
menahanku agar pantat-pantat tidak bertunggingan ke tengah jalan, bisa saja
tukang ojek menabraknya lalu menggiringnya ke rumah duka ke rumah sakit ke
rumah makan.
Bisa saja.
Terimakasih polisi.
Ke
rumah makan, di sanalah. Mana rumah, jika ada mana makan, jika ada mana aku.
Aku
menggenggam pasir, pulang, nanti ku taburkan ke rekening-rekening listrik, ke
kartu-kartu kredit, ke album-album foto, ke pigura-pigura, ke cermin. Siapa
yang membiarkanku berjatuhan saat aku menggenggam di dalam genggaman?
Cermin
itu lebih kejam dari biadab. Bedebah saja yang ada di sana, berguling-guling
minta pecahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar