Selasa, 25 Maret 2014

Bukan tak Mau tapi Enggan

Aku menggenggam pasir lalu membiarkannya berjatuhan, sungguh lebih kejam dari biadab.
Polisi menahanku agar anjing-anjing tidak berlompatan dari mulutku.
Apa salah anjing, apa salah, anjing.
Aku merana pohonku tak bertelur kambing, tidak sapi, tidak kucing, ember saja, lalu pecahkan!
Polisi menahanku agar pantat-pantat tidak bertunggingan ke tengah jalan, bisa saja tukang ojek menabraknya lalu menggiringnya ke rumah duka ke rumah sakit ke rumah makan.
Bisa saja.
Terimakasih polisi.
Ke rumah makan, di sanalah. Mana rumah, jika ada mana makan, jika ada mana aku.
Aku menggenggam pasir, pulang, nanti ku taburkan ke rekening-rekening listrik, ke kartu-kartu kredit, ke album-album foto, ke pigura-pigura, ke cermin. Siapa yang membiarkanku berjatuhan saat aku menggenggam di dalam genggaman?

Cermin itu lebih kejam dari biadab. Bedebah saja yang ada di sana, berguling-guling minta pecahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact

https://www.facebook.com/tuhuk.maarit

Flickr Photostream

Our Office

Wherever is somewhere at anywhere but not in everywhere

— Links

Popular Posts

Followers

Search